Kamis, 24 Mei 2012

Nyata Dalam Kegelapan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5tt7y2GONQOPWXcKKZUZl8q7q4piqBCIAPROe-nXD3jf6JgKZUPI3RItxQCJQpJLgicgOx1xkQonDL5JC3v3RayxRa9YxtL1SuLDn8tWCZRdKsZQPypwZzgZQnAOeamolFaV-sbsJ4fc/s1600/penerbit+imtiyaz+gulita.jpg
Gelap kerap diidentikkan dengan hal-hal negatif. Namun, tidak bagi
para astronom di Boscha, Lembang. Gelap mutlak diperlukan dalam
pengamatan bintang dan benda-benda angkasa nan indah. Sayangnya,
pembangunan pemukiman dan gedung-gedung baru membuat langit Bandung
dan sekitarnya menjadi makin terang benderang saat malam. Kondisi
ini membuat para peneliti khawatir, pengamatan benda-benda angkasa
lewat teropong bintang tak lagi bisa dilakukan karena polusi cahaya.
Dalam perjalanan hidup bersama Tuhan, kita pun kerap menolak
“gelap”. Kita berharap Dia senantiasa membawa kita berjalan dalam
terang. Kenyataannya, ada masa ketika Dia membawa kita berjalan
melewati lembah kelam. Lihatlah Ayub. Dalam izin dan kedaulatan
Tuhan, Ayub pernah mengalami keadaan yang sangat buruk. Malapetaka
menimpanya bertubi-tubi, hingga Ayub berkeluh kesah (Ayub 3). Tuhan
pun menyatakan diri-Nya di tengah badai (Ayub 38-41). Tidak semua
pertanyaan Ayub dijawab Tuhan. Namun, apa yang dinyatakan Tuhan itu
lebih dari cukup bagi Ayub. Ia mengerti. Sama seperti kilau bintang
yang tampak paling indah di kegelapan malam, malapetaka yang Ayub
alami adalah sarana yang Tuhan pakai untuk menyatakan Pribadi-Nya
dalam hidup Ayub yang selama ini luput dari pengamatannya (ayat 5).
Gelap tak selamanya buruk. Keadaan apa pun yang kita alami saat-saat
ini dapat menjadi sarana Tuhan menyatakan kasih, kuasa, berkat, dan
Pribadi-Nya. Lebih dari itu, Dia rindu kita makin mengenal dan
mengalami-Nya secara pribadi, hingga kita dapat mengaku: “…
sekarang kukenal Engkau dengan berhadapan muka” (ayat 5 BIS). –OKS
TUHAN MENGIZINKAN KEGELAPAN HADIR DALAM HIDUP ANDA,
SUPAYA TERANG-NYA TERLIHAT MAKIN NYATA.
sumber: renungan harian elektronik

MINDER

  minder
* Harga diri yang rendah atau minder menjadi penyebab ketidak suksesan dalam hidup, baik bergaul, studi, kepuasan pernikahan, hingga keberhasilan karir** (Julianto Simanjuntak)
Orang yang memiliki harga diri yang rendah sesungguhnya menderita secara emosi. Ekspresi orang yang inferior ini ada dua:
Pertama, minder menghindar, segan tampil dan segan konflik dengan orang lain. Jika ada konflik, Suka menyalahkan diri sendiri, bahkan saat dirinya tidak bersalah.
Kedua, minder menyerang. Ekspresinya sombong atau angkuh, suka menyerang jika terpojok. Marah berlebihan dan cenderung menyakiti orang lain dengan kata atau perilaku.
Harga diri yang miskin (low self-esteem) terbentuk dari kecil. Harga diri kita dibentuk oleh lima unsur atau area penting yakni: Akademis, Emosi, Sosial, Fisik dan spiritual.  Beberapa kita bertumbuh di area tertentu tapi terhambat di area lain. Harga diri ibarat tubuh, bertumbuh secara bertahap dan perlu penanganan yang baik agar tumbuh dengan sehat.
Jika harga diri Anda rendah atau minder, lakukanlah sesuatu (segera) untuk memperbaikinya. Tidak ada yang terlambat. Sebab Harga diri yang rendah berelasi dengan kemampuan Anda bergaul, studi, kepuasan pernikahan, hingga keberhasilan karir.
LIMA PEMBENTUK HARGA DIRI
1. Harga diri Akademis. kita merasa berharga karena punya kemampuan akademik tertentu. Menonjol di area tertentu, dan sering mendapat pujian karena kelebihan itu. Kita mendapatkan prestasi akademik yang baik, terutama saat masih SD hingga SMP. Pujian dan merasa berharga secara akademis membuat kita PeDe.
2. Harga Diri Emosi. Ini bertumbuh karena merasa diri diterima. Emosi kita baik positif maupun negatif diterima di rumah. Ortu memahami kita tatkala  menangis dan tidak menganggap kita cengeng. Ikut gembira saat kita senang. Ada kebebasan mengungkapkan emosi secara pas di antara keluarga. Ada perasaan bebas berbicara, dan mendapat apresiasi dan pujian secara emosi dari ortu dengan cukup.
3. Harga Diri Sosial. Perasaan berharga ini tumbuh karena dua hal. Penerimaan orangtua dan pergaulan yang sehat. Ortu menerima kita apa adanya, tidak membandingkan kita dengan lainnya. Didukung kesempatan dan kesempatan bergaul sejak kecil, dan memiliki beberapa sahabat baik untuk berbagi.
4. Harga Diri Fisik. Kita punya penampilan yang baik, mulai dari kebiasaan rapi, bersih dan penampilan fisik yang relatif ok. Sering anak yang cantik atau cakap parasnya banyak mendapat pujian. Juga anak yang rapi dan pembersih. Termasuk di dalamnya ketrampilan atau skil seperti rajin bekerja, dan trampil mengerjakan pekerjaan di rumah seperti memasak, membersihkan rumah, suka menolong dlsb.
5. Harga Diri Spiritual. Harga diri yang dibangun karena hubungan yang baik dengan Tuhan, bertumbuh secara iman, dan mendapat contoh yang cukup dari ortu dan lingkungan tentang manfaat ibadah.
SHARING PRIBADI
Sejak  SD saya adalah seorang yang pemalu, peragu dan minder.   Saya dibesarkan seorang Papa yang keras. Pecandu alkohol yang sering marah dan ringan tangan pada anak. Kemarahan ayah tak jarang membuat saya takut dan dan  terbawa hingga ke tempat  tidur. Akibatnya malam kadang ngompol hingga di  usia 8 tahun.
Saya besar dengan julukan negatif,  ”giman”, alias gigi mancung. Sebab sebagian gigi saya memang maju ke depan.  Jadi kalau kakak atau sahabat saya memanggil saya bukan dengan Julianto, tapi “Giman”.
Seingat saya hampir tidak pernah saya ingat dipuji oleh Papa atau Mama. Bahkan ketika mengingat  apakah saya pernah dipeluk, dipangku dan digendong sulit sekali rasanya memori itu keluar. Saya hanya ingat diurus dengan kasih sayang oleh kakak angkat saya di rumah.
Di sekolah prestasi akademik saya biasa-biasa saja. Bahkan tak jarang angka merah menghiasi raportku. Kadang disemprot karena nilai jelek itu. Prestasi dalam bidang olahraga nyaris tidak ada.
Di rumah saya sering dipersalahkan. Urusan apa saja di rumah membeli ini dan itu, sayalah yang disuruh. Kalau saya menolak, pasti dibentak. Kalau salah membeli ya dimarahin. Omongan saya juga tidak lancar, kadang terbata-bata. Akibatnya terasa saat masuk sekolah SMP. Saya menjadi seoramg remaja peragu, takut bicara di depan kelas. Saya selalu merasa takut salah.
Secara fisik saat di SMA  saya kurus sekali. Disamping gigi yang tak rata, saya merasa badan saya tidak gagah. Dibanding banyak teman yang badannya gagah, ototnya kekar. Minder habis. Apalagi membandingkan dengan teman yang punya bakat memimpin, musik, menyanyi, dsb. Belum lagi soal uang jajan yang nyaris tak punya, dibanding teman teman yang sering makan ke kantin. Minder saya tambah parah.   Saya benar-benar tumbuh dengan harga diri yang rendah.
KIAT MENGATASI MINDER
Harga diri yang rendah atau minder menjadi penyebab banyak ketidak suksesan hidup, baik dalam bergaul, kepuasan pernikahan, hingga dalam keberhasilan karir. Jadi alangkah baiknya kita serius mengatasi rasa minder kita.
Ada beberapa hal yang menyembuhkan rasa minder atau rendah diri kita. Pemulihan ini bersifat proses, tak pernah sekali jadi atau dalam waktu singkat. Kita perlu lingkungan yang baik dan dukungan orang terdekat kita.
Pertama, saya menyadari dan mengakui bahwa memang saya minder, peragu dan penakut. Saya harus jujur dengan diri saya sendiri. Saya mencoba terbuka dengan kelamahan dan kekurangan dan siap jika saya dikritik atau ditegur. Tujuannya supaya saya tidak mudah tersinggung
Kedua, saya inventarisasi kelebihan-kelebihan saya. Saya bisa menyanyi dan  bagus bermain gitar. Karena itu saat kuliah saya bergabung dengan grup paduan suara dan vocal grup. Saya kemudian dipilih menjadi ketua atau pimpinan vocal grup, termasuk melatih. Grup kami sering di bawa dosen tampil di beberapa kota. Harga diri saya mulai naik.
Ketiga, teman-teman di kampus bilang saya bagus mengajar. Aneh, berbeda dengan perasaan saya, merasa diri takut bicara. Saat praktek kerja (KKN) dosen menempatkan saya mengajar di salah satu SMA. Seminggu sekali saya mengajar. Pengalaman ini salah satu titik balik kepercayaan diri saya sembuh. Tak disangka murid-murid suka  dan antusias belajar.  Saya lalu memikirkan alangkah indahnya kelak jika saya bisa menjadi pengajar. Hal ini muncul karena saya kagum pada beberapa dosen dan guru saya saat di SMA.
Keempat, suka menolong. Salah satu sifat yang saya perhatikan menghasilkan banyak teman adalah suka  menolong. Sejak di kampus saya mengembangkan sifat itu. Suka menolong dan suka memberi. Membantu teman carikan buku. Meminjamkan catatan, mengajar teman main gitar, dlsb. Intinya belajar Memperhatikan teman-teman di asrama yang butuh bantuan. Kadang hanya menjadi teman sharing atau tempat curhat kawan yang susah. Dampaknya saya mulai banyak teman, dan saya merasa disayang. Tentu saya senang.
Kelima, menikah dengan orang yang cocok. Pernikahan ternyata menyembuhkan rasa minder dan trauma masa lalu saya. Hubungan yang saling membangun dan harmonis dengan pasangan membuat saya menemukan harga diri sesungguhnya. Perasaan disayang, dimengerti dan dihargai menyembuhkan.  Pujian dan penghargaan dari istri saya  Roswitha membuat saya berarti. Selain itu kedua putra yang dianugerahkan Tuhan membuat saya mengembangkan diri sebagai seorang Ayah. Perasaan dibutuhkan dan disyang oleh anak-anak menanamkan identitas baru, saya berharga dan dicinta. Dalam pernikahan inilah saya menemukan satu bakat baru dalam diri saya, menulis. Itu karena istri saya terus mendorong saya menulis, dan kerap memberikan apresiasi.
Keenam, setelah beberapa kali pindah kerja, saya merasa cocok bekerja sebagai konselor. Lalu mengajar dan  menulis. Tiga pekerjaan ini membuat saya merasa diri berarti. Bertemu dengan banyak mahasiswa membuat saya kaya dalam interaksi. Menulis membuat saya punya banyak sahabat, yang tersebar di banyak tempat. Konselor membuat saya merasa bisa menolong banyak orang yang sedang susah dan buntu jalan hidupnya. Menjalani Karir yang sesuai, terbukti mengatasi minder saya.
Ketujuh, membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Melatih rasa bersyukur. Spiritualitas yang baik membuat kita selalu berpikir positif dan menghargai setiap hal baik yang ada pada kita. Menyadari panggilan Ilahi, membangun cita-cita (visi) menjadi orang berguna bagi sesama membuat kita selalu antusias mengembangkan diri.
PENUTUP
Saya berharap tulisan ini  dapat memberi inspirasi dan motivasi.  Setiap kita telah diberi kelebihan dan talenta.  Sebagian kelebihan itu belum kita sadari dan sebagian talenta itu mungkin masih tersembunyi.
Jika Anda masih muda dan belum menikah, rancanglah pernikahan anda dengan baik. Temukan dan pilihlah pasangan  hidup yang sesuai dan pas buat Anda. Pasangan yang membangun hidupmu lebih baik. Pernikahan terbukti memulihkan masa lalu yang kurang kasih sayang dan juga harga diri.
Jika Anda sudah menikah, cintailah pasangan dan anak anak dengan baik. Jadikanlah  mereka matahari Anda, yang dapat memantulkan kembali kasih kepada anda. Pilihlah karir yang sesuai, yang olehnya Anda merasa berarti dan menjadi berkat bagi banyak orang. Dengan demikian harga diri Anda akan dibangun dengan sendirinya.
Source: Christian Therapist Notebook, (Philip Henry dkk); Membangun Harga Diri Anak (Julianto & Roswitha)

Mengembangkan Sikap Apresiatif dan Afirmatif

  http://i337.photobucket.com/albums/n399/lexchandra/Zen%20wisdom/2008-11-10-2.jpg
Mungkin kita ingat pengalaman masa kecil saat kita jatuh gara-gara tersandung batu atau kaki kursi. Kita lalu menangis dan orang tua kita membujuk kita agar berhenti menangis dengan membuang batu atau memukul kursi itu. Dengan mimik wajah jengkel atau marah, tindakan itu disertai kalimat, “Batunya nakal ya…..?  Gara-gara kamu, anakku jatuh!”, atau (sambil memukul kursi) “Kamu kurang ajar ya?!” Biasanya tangis menjadi reda karena penyebab jatuhnya kita itu sudah kena marah atau pukul dari orang tua kita.


Tindakan sederhana itu biasanya terus terulang dan menjadi kebiasaan yang tidak disadari terbawa sampai kita dewasa. Setiap kali kita “jatuh”, mengalami kegagalan atau situasi yang tidak mengenakkan, kita cepat mencari “penyebab di luar diri” dan menyalahkannya.  Kalau nilai ujian kita jelek, kita cenderung menyalahkan guru atau dosennya yang cara mengajarnya gak becus, atau materinya yang terlalu berat. Kita cenderung mudah mencari “kambing hitam” dan menghakimi orang lain atau sesuatu sebagai penyebab kegagalan kita.
Kebiasaan menghakimi itu lebih menunjuk pada kesalahan atau kekurangan di luar diri kita. Biasanya muncul sikap apriori atau curiga dan cenderung menilai orang lain atau sesuatu di luar diri menurut pandangan kita sendiri. Seolah-olah tidak ada kesalahan atau kekurangan dari diri kita yang turut andil dalam pengalaman yang tidak mengenakkan itu. Kita lupa untuk melihat diri atau melakukan refleksi atas diri kita. Padahal mungkin saja kita jatuh karena kita kurang hati-hati saat berjalan. Nilai ujian kita kurang memuaskan karena kita sendirilah yang malas belajar. Terjadi konflik dalam relasi karena kita sendiri yang kurang rendah hati, tidak berusaha memahami orang lain atau cara komunikasi kita yang kurang tepat.
Kecenderungan melihat sisi negatif dalam keluarga dan lingkungan/masyarakat juga dapat mengondisikan diri kita mudah memiliki persepsi bahwa diriku akan dimarahi atau dianggap jelek kalau kita melakukan kesalahan. Akhirnya kita cenderung mudah membela diri dan merasa diri paling benar. Sebaliknya bila lingkungan keluarga dan masyarakat kita terbiasa melihat sisi positif dan memberi apresiasi serta dukungan untuk mengembangkannya, kita akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, mudah menghargai orang lain dan optimis dalam hidup.
Yesus mengingatkan kita untuk tidak mudah menghakimi orang lain supaya kita tidak dihakimi karena penghakiman dan ukuran yang kita pakai untuk menghakimi dan mengukur orang lain akan dikenakan pada kita juga. “Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar dari mata saudaramu”, tegur Yesus pada orang munafik. Yesus mengajak kita untuk introspeksi diri dan menyadari bahwa diri kita juga mempunyai kekurangan sehingga kita tidak mudah menghakimi atau melihat kekurangan orang lain.
Secara positif, kita perlu mengembangkan sikap sabar, memberi kesempatan dan peneguhan kepada orang lain untuk memperbaiki diri atau menjadi lebih baik. Kekurangan atau kesalahan diakui dan diterima dengan sabar. Segala kebaikan dan potensi yang ada dikembangkan dengan penuh pengharapan (optimis) agar membuahkan kebaikan bagi diri maupun lingkungannya. Kita patut bersyukur karena percaya pada Yesus yang menyatakan dirinya “datang ke dunia bukan untuk menghakimi melainkan untuk menyelamatkannya.”
Maka, tugas kita sebagai OMK adalah belajar dari sikap Yesus dan mengusahakan kehidupan bersama yang saling menghargai, memberi apresiasi dan meneguhkan (afirmasi) perkembangan diri dan sesama. Apakah diri ku, keluarga dan komunitas OMK ku sudah menghidupi sikap apresiatif dan afirmatif ? Mari kita mulai dari diri sendiri, lalu bergandengan tangan dengan yang lain untuk terus memperjuangkannya.

Kamis, 17 Mei 2012

Misteri Allah Tritunggal

Allah TriTunggal - Mat 3:13-17

( Buah Apel dari Surga )
Saudara-saudara yang terkasih, di salah satu negara di Eropa, ada salah seorang pastur yang mengajar agama pada anak-anak muda. Di antara anak-anak muda itu ada yang kritis tetapi nakal. Ketika pastur itu menjelaskan tentang buah apel yang dimakan oleh Adam dan Hawa, bertanyalah anak yang nakal itu : " Pastur, sekarang tunjukkanlah kepada kami, seperti apakah apel dari Surga itu. "
Kebetulan di ruang sebelah ada lemari es, maka pastur itu mengambil sebuah apel dari dalamnya. Apel yang diambil pastur itu bentuknya tidak bagus, karena sudah rusak. Kata pastur itu : "Seperti inilah apel dari surga itu .¨
Anak-anak semua tertawa. Kata anak nakal itu : "Ah mengapa begitu jelek pastur ? Itu pasti bukan apel surga. Apel dari surga itu mestinya sangat sempurna, tidak ada cacatnya.¨
Jawab pastur : " Memang benar apel dari surga itu sempurna tanpa cacat, tetapi apel yang sempurna itu pasti akan tampak seperti ini jika dilihat dengan matamu yang tidak sempurna itu .¨
Maka diamlah anak itu , tanpa membantah.

Saudara-saudara yang terkasih, Tuhan itu Maha Sempurna dan Mahabesar. Sedangkan manusia itu kecil dan sangat terbatas, baik pancaindera maupun pikirannya. Oleh karena itu dengan segala keterbatasan itu manusia sangat sulit untuk mengerti misteri Allah yang sesungguhnya. Antara lain adalah misteri Allah Tritunggal Yang Mahakudus. yang hari ini kita peringati dalam Misa Kudus ini. ( Allah Tritunggal Itu Seperti Apa ? )
Saudara-saudara yang terkasih, banyak umat Kristen yang berusaha menjelaskan tentang Allah Tritunggal ini dengan segala akal pikirannya. Karena misteri inilah yang sering ditanyakan orang-orang yang beragama lain, baik untuk menyerang maupun bertanya secara tulus ingin penjelasannya. Beberapa cara itu akan saya uraikan di sini dengan segala kelemahannya.
1. Allah Tritunggal Bagaikan Telur :
Telur itu ada kulitnya, putih telurnya dan kuning telurnya, tetapi kesatuan dari semuanya itu disebut telur. Kelemahan dari perumpamaan ini ialah bahwa kulit, putih telur dan kuning telur itu secara terpisah bukan telur lagi. Misalnya kulit telur itu bukan telur. Sedangkan Allah Bapa, Yesus, Allah Roh Kudus itu secara terpisah adalah Allah yang benar-benar Allah.
2. Allah Tritunggal Bagaikan Matahari :
Matahari itu ada nyala, panas dan sinarnya. Secara kesatuan semuanya itu adalah matahari. Kelemahannya sama dengan telur tadi.
3. Allah Tritunggal itu Bagaikan Air:
Air itu antara nol sampai 100 derajat Celcius akan berbentuk cair (air ), di atas 100 derajat berbentuk gas di bawah nol derajat berbentuk padat (es). Tetapi semua bentuk itu tetap air dengan rumus kimia H2O. Kelemahannya : Air itu ketika mempunyai tiga bentuk ( padat, cair dan gas ) , masing- masing tidak akan mempunyai berat seperti berat semula. Yang mungkin adalah sebagian menjadi air sebagian menjadi es dan sebagainya. Sedangkan Allah Bapa, Allah Putera dan Roh Kudus itu bukan hanya sebagian dari Allah, tetapi Allah sepenuhnya.
4. Allah Tritunggal itu Seperti Presiden:
Bila di Istana ia berperan sebagai Presiden. Di rumah bersama istri, ia berperan sebagai seorang suami. Apabila berbicara di depan anak-anaknya ia berperan sebagai bapak. Perumpamaan ini lebih baik dari sebelumnya, tetapi ada yang menyanggah demikian. Bila Presiden berada di Istana dan berperan sebagai presiden, maka pastilah di rumah sebagai suami atau bapak pasti nggak ada. Jika demikian, jika Allah berperan sebagai Allah Putera dalam diri Yesus, maka pastilah Allah Bapa di Surga sana tidak ada.
5. Dan sebagainya, dan sebagainya. ( Satu + Satu + Satu = Satu . Mungkin ? )
Saudara-saudara yang terkasih, semuanya itu hanyalah usaha manusia untuk mengerti Allah Tritungal. Bagaimana baiknya perumpamaan pastilah tidak akan secara sempurna bisa menjelaskan misteri Allah ini. Saya juga mempunyai cara tersendiri untuk menjelaskan Allah Tritunggal ini. Saya tidak tahu apakah cara penjelasan saya ini baik atau tidak, tetapi sudah ada buahnya. Buahnya adalah bertobatnya seorang Kepala Sekolah di Sebuah Stasi di Wilayah Kediri. Bapak ini sebenarnya keluarganya dan ia sendiri sudah dibaptis menjadi Katolik. Tetapi sudah beberapa puluh tahun bapak ini tak mau ke Gereja lagi.¨
Ketika saya kunjungi ia mengatakan alasannya :" Jika saya bisa mengerti misteri Allah Tritunggal, saya akan ke Gereja lagi. Ternyata penjelasan para katekis yang betugas di sana, mungkin seperti yang sudah saya uraikan tadi, seperti telur, seperti matahari dan sebagainya, tidak pernah memuaskan dia. Maka penjelasan saya adalah demikian : Manusia itu tak akan bisa mengerti misteri Allah tritunggal karena keterbatasan pancainderanya. Allah itu adalah Yang Mahabesar atau dengan kata lain Yang Tak Terbatas. Allah Bapa adalah Yang Tak Terbatas, kita mengerti semuanya. Tetapi bagaimana dengan Yesus Sang Allah Putera? Yang dilihat oleh para muridNya itu Yesus sebagai Allah atau sebagai manusia ? Jelas yang dilihat adalah Yesus sebagai manusia yang terbatas, yaitu setinggi hampir dua meter saja. Tetapi Yesus sebagai Allah, Ia pun adalah Yang Tak Terbatas, yang tak dapat dilihat oleh para muridNya.
Sedangkan Allah Roh Kudus yang diceriterakan dalam Kitab Suci muncul dalam dua bentuk. Pertama adalah bentuk burung merpati, sebagaimana nampak ketika Yesus dibaptis ( Mat 3:16 ), dan yang lain adalah dalam bentuk lidah-lidah api sebagaimana yang tercurah pada Maria dan Para Rasul ketika Pentakosta (Kis 2:2-3 ). Tetapi apakah Allah Roh Kudus itu seperti burung merpati atau lidah-lidah api ? Jangan-jangan Anda merasa berdosa kalau makan dara goreng di Restoran dengan berkata :" Wah... aku tak akan makan Roh Kudus Goreng, dosa " Saudara-saudara yang terkasih, burung merpati dan lidah-lidah api itu adalah simbol atau lambang kehadiran Roh Kudus. Jadi Roh Kudus yang sesungguhnya adalah juga Yang Tak Terbatas. Jadi ada tiga sosok, yang semuanya adalah Yang Tidak Terbatas. Apakah Anda bisa memisah-misahkan tiga yang semuanya tidak terbatas ini ? Jadi artinya yang Tiga itu adalah Satu yang tak terpisahkan yaitu Yang Tak Terbatas.
Jika ada orang yang berkata :" Mana mungkin 1+1+1=1 ? Benar saudara-saudara 1+1+1=1 adalah tidak mungkin, jika yang dijumlahkan itu bakpao (yang terbatas). Tetapi jika ketiganya adalah Yang Tak Terbatas, maka persamaan itu menjadi mungkin. Satu Yang Tak Terbatas + satu Yang Tak Terbatas + satu Yang Tak Terbatas = satu Yang Tak Terbatas. Persamaan ini menjadi mungkin bukan ? Nah Anda bisa merenungkan lagi nanti di rumah.
Misteri Allah Tritunggal hanya akan dimengerti oleh mereka yang bisa merenungkan Allah Yang Tak Terbatas ini. ( Kisah Bertobatnya Agustinus ) Saudara-saudara yang terkasih, bagaimana baiknya cara manusia menjelaskan tentang Allah Tritunggal, tetapi imanlah yang pertama-tama dibutuhkan untuk itu. Allah kita itu adalah Allah yang sulit dimengerti. Allah yang sukar dijelaskan. Justru itulah tandanya Allah kita itu Maha Agung. Jika Allah kita ini mudah dimengerti oleh otak kita maka mungkin kitalah yang lebih besar dari Allah yang demikian itu. Peristiwa akan keraguan iman manusia karena tidak mengerti Allah Tritunggal ini juga dialami oleh Santo Agustinus. Agustinus adalah salah seorang yang sangat pandai, atau jenius. Justru karena pandainya itulah ia tak percaya pada Allah Tritunggal yang tidak bisa dimengertinya. Maka ketika ia masih muda, ia menjadi orang ateis. Sedangkan ibunya adalah orang yang sangat saleh, namanya Monika. Monika berdoa kepada Tuhan setiap hari dengan air mata bercucuran , agar Tuhan menyelamatkan anaknya Agustinus. Maka pada suatu hari Agustinus mendapat penampakan. Ketika ia sedang berjalan-jalan di pantai dan mencoba memikirkan Allah Tritunggal yang tak bisa dimengerti ini, ia melihat anak kecil yang bemain air dipantai. Agustinus mendekati anak itu dan bertanya : " Sedang apa kau di sini ?" Anak itu menjawab:" Saya ingin memasukkan seluruh air lautan ini dalam botol" Agustinus tertawa mendengar jawaban anak itu, katanya :" Bodoh benar kau ini, mana mungkin seluruh air lautan ini bisa kau masukkan dalam botol" . Anak itu menjawab :" Sama seperti kau juga, mana mungkin bisa memasukkan Allah dalam otak manusia yang juga sebesar botol ini.¨ Setelah berkata anak itu menghilang. Agustinus terkejut dan sekaligus sadar akan kebodohannya. Betapa benar kata-kata anak dalam penglihatannya itu. Ia ibarat ingin memasukkan seluruh air lautan ini ke dalam botol, jika mau mengerti misteri Allah yang sesungguhnya.
Mulai saat itulah Agustinus bertobat. Doa Monika dikabulkan Tuhan, anaknya bukan hanya bertobat saja, tetapi ia akan menjadi orang besar dalam Gereja yang kemudian menjadi seorang santo.

Saudara-saudara yang terkasih, kita boleh-boleh saja mencoba mengerti Allah Tritungal dengan segala daya dan pikiran kita. Tetapi akhirnya imanlah ang diperlukan untuk itu. Tanpa iman semua penjelasan itu tak ada gunanya. Hanya dengan iman Allah akan membimbing kita setapak demi setapak memasuki misteriNya Yang Agung. Amin.
Romo Anton De Britto CM
Email: rmanton@email.com